Pekalongan, 30 Juni 2024.
“Kota batik di Pekalongan. Bukan Jogja, eh bukan Solo” sepertinya lirik tersebut sudah kurang relevan, bukan hanya batik yang menjadi kebanggaan Pekalongan, tetapi musik-musik cadas pun juga bisa diproduksi di kota ini. Siap diadu!
Setelah enam bulan lutang-lantung kebingungan mencari “ada hal menarik apa lagi sih di kota ini?”, akhirnya saya bisa keluar dari goa dan ngobrol-ngobrol santai lagi. Kali ini saya ditemani oleh salah satu band hardcore yang pada 2023 lalu merilis single-nya yang bertajuk “We Are Unity”, sebut saja The Holiday Circuss atau THC (read: te-ha-ce). Perkenalan kami dimulai saat seorang teman mengajak saya untuk malam mingguan dan nongkrong di Pasar Senggol, menikmati gig kecil. Berkat adanya spak-spik di Mushola Pasar, akhirnya saya diundang untuk main ke basecamp mereka. Siapa sangka, saya berkesempatan untuk sedikit lebih mengenal dan ngulik-ngulik kepo band ini juga.
Kalau dihitung, mereka sudah berkarya dan manggung kurang lebih selama 15 tahun, dari satu gig komunitas ke komunitas lain, atau sudah eksis sejak saya masih duduk di bangku kelas 4 SD. Menurut saya ini bukanlah waktu yang sebentar, jika THC diibaratkan usia anak, sepertinya ia sudah bisa masuk SMA. Perjalanan panjang sudah pernah mereka lalui, sampai beberapa kali ganti personel dan sempat dikabarkan mati suri. Lalu, bagaimana up and down yang sudah mereka lewati? Siapa saja personelnya sekarang? Berikut obrolan kami:
Halo, saya Jeje dari RIOTKLAB. Mungkin kita kenalan dulu kali ya, di sini ada siapa aja nih personilnya The Holiday Circuss (THC)?
“Dari ujung sini dulu, ada Gayuh yang pegang Drum, terus ada Husain sebagai Vokalisnya, Rus si pencabik Bass sekalian backthroat, dan Ary pada Gitar. Gayuh dan Husain mulai bergabung pada 2022, sedangkan Rus dan Ary udah ada duluan mengawali THC.”
Pertanyaan pembuka sekaligus untuk meluruskan desas-desus yang kedengeran di telinga, katanya THC kemarin sempat mati suri. Bener ga sih?
“Iya benar.”
Kalo boleh tau, kok bisa sampe ada gogon mati suri, sih? Terus alasan bangkit dari kubur dan kepikiran “kayaknya THC perlu hidup lagi”, deh?
“Sebenarnya kami juga gak pengen mati suri sebenarnya, dan kami selalu ingin bangkit terus waktu itu. Tapi memang kami belum menemukan orang yang pas aja. Jadi kan sekilas orang bilang mati suri, padahal sebenarnya gak. Saya sama si Bung/Mas Ary masih sering komunikasi, walaupun belum ada personel yang lain sebenarnya. Nah, dengan masuknya Gayuh sama Husain itu artinya kita beneran bisa latihan, bisa berkarya, dan bahkan nuansa baru juga bisa masuk dari situ. Jadi ketiadaan personel itu yang jadi penyebab THC non-aktif sementara waktu.” – Mas Rus
Sebelum lebih jauh, awal terbentuknya THC tuh di tahun berapa sih, mas?
“Dulu terbentuk di tahun 2009.”
Gimana ceritanya kok bisa sampai ada THC atau The Holiday Circuss ini?
“Jadi dulu di Batang itu ada tongkrongan ya, di Veteran (VSHC), sebenarnya sebelum THC ini saya sama si Rus sudah ada band, cuma kurang cocok sama genrenya, ya genrenya itu yang mainstream-mainstream dan harus gini-gini gitu lah (under preassure), dan emang itu bikin kami jadi gak bisa ngeluarin ide-ide yang sesuai jalur kami. Nah, dari ngobrol di Veteran Street itu, THC jadi lahir di situ. Bikin-bikin apa deh, yang sekiranya sesuai sama passion kami. Terus nyambunglah sama si Om Rus ini, beliau basic-nya ada di Punk, saya di Alternative Rock, Grunge, gitu-gitulah pokoknya. Waktu disatuin jadilah karya yang kalo orang denger bisa ngomon “Oh, ini HC, oh ada ininya, oh ada itunya, ada trash-nya”, gitu. Tapi ya kami kembaliin lagi sih ke pendengar mau anggap kami genre musiknya apa.” – Mas Ary
“Kami memang awal dari pertama (Rus dan Ary), namun memang sempat beberapa kali bongkar-pasang personel, biasanya sih di drum ya, kebetulan si Gayuh ini adalah drummer kami ke-tiga dan nambah-nambahin asupan baru untuk THC, referensi baru dan lagu-lagu baru setelah drummer yang ke-dua hijrah ke Bandung.” – Mas Rus
“Berjalan ke sini kami bisa ketemu sama Gayuh, sama Husain sebab jamming dan segala macemnya cocok, dalam artian kami pengen bikin yang gak cuma satu genre dari yang dulu sudah pernah terbentuk. Maksudnya nanti dari segi aransemen kita pengen yang lebih meluas lagi. Kebetulan si Gayuh sama Husain itu membawa nuansa yang beda di karya-karya kami yang sekarang ini dengan referensinya, karena kami masing-masing juga berangkat dari berbagai macam genre, dan pengen disatuin.” – Mas Ary
Terus gimana cara bisa ketemu sama Mas Gayuh & Mas Husain? Ketemunya di mana?
“Gayuh itu temen lama, temen ngeband dari lama, temen ngeband juga jaman kuliah. Sebelum ketemu Kadal/Mas Rus, ketemunya sama Gayuh dulu. Terus lulus beda arah, Gayuh ke kantor, saya milih ke jalan hahaha.” – Mas Ary
“Ya, ke kantor juga tetep jadi badut-badut juga…” – Mas Gayuh
“Nah, dari situ jadi kepikiran nih, karena sudah hafal sama permainan rhythm-nya sih Gayuh, saya pikir ini bakalan cocok sama konsep yang udah saya sama Rus bikin, karena bikin jadi semakin luas lagi ya kan, gak sekedar di hardcore itu tadi. Terus kalo si Husain, itu kan dia Rapper ya, jadi cocok juga buat di vocal yang agak-agak padet, intinya gitu lah.” – Mas Ary
Kenapa milih genre utamanya HC, kenapa roots-nya ada di situ?
“Kami memang dari roots yang berbeda awalnya, memang kalau si Bung dia musiknya memang musik yang umum didengarkan orang. Kalau saya sendiri dari Punk Rock yang kurang umum mungkin, atau anti-mainstream-lah pada saat itu. Cuma kebetulan kami punya selera telinga yang sama, yaitu benarkan musik-musik berat (dulu belum menyebut hardcore sih, musik cadas gitu aja), dan menurut saya sampai sekarangpun juga masih Punk Rock, jadi saya gak mau memaksakan passion (di band lama), saya gak bisa jadi seperti mereka, saya Punk Rock tetap Punk Rock. Ter-influence sampai ada THC itu kan memang hardcore dari segala lirik, tongkrongan, passion itu masih selaras, sejalan. Kalo dari segi komposisi musik si Bung lebih ngasih masukan-masukan baru biar gak hardcore-hardcore banget yang monotone. Kehadiran Gayuh sama Husain ini juga ngasih nuansa yang lebih baru lagi, tambah beda lagi. ” – Mas Rus & Mas Ary
“Jadi pertama diajakin sama si Bung, saya sempet kaget, terus terang untuk di telinga saya sendiri itu masih kagok-kagok. Pada prinsipnya saya suka tantangan sih, saya senang ngulik sesuatu yang baru. Terus ya itu basic dari dulu suka dengerin Pas Band gitu, terus agak-agak apa namanya yang album-album awalnya itu kan memang masih arahnya ke situ, coba kita mainkan di beat-beat ke situ dulu. Terus sekarang saya pribadi kan masih banyak belajar dan diperbanyak referensinya untuk ngisi di band yang sudah lama bergulat dari tahun 2009, dan sebenarnya massanya juga sudah banyak, untuk skenanya juga sudah matang di Batang dan sekitarnya. Jadi kalau saya sih memang harus banyak belajar tentang birama atau ritme-ritme hardcore gitu.” – Mas Gayuh
“Nah, kalau saya sih, ini sebenernya lebih ke pengalaman baru lah, dan bisa dibilang termasuk petualangan hidup juga, dari petualangan selama ini masih ada beberapa kesinambungan dengan musik-musik yang sebelumnya. Meskipun saya dari Hip-hop, Reggae dan sebagainya, tapi itu kan juga menyuarakan tentang hal-hal yang sifatnya perlawanan, masih relate, jadi masih on track juga.” – Mas Husain
Nah, ini kan formasi baru nih, apa bedanya THC kemarin sama THC hari ini?
“Secara ini ya paling, secara musiknya sih, kalau dulu tuh apa ya istilahnya, semacam terkungkung di satu jenis dengan rythm yang seperti itu-itu aja. Sekarang kami berusaha untuk lebih lebar dan luas lagi sih, dari segi vokal, beat drumnya, isian-isian riff-riff gitarnya. Terus di situ juga ada trash metal-nya masuk, heavy metal, rock lah, gitulah, tapi lagi-lagi dengan balutan lirik khas hardcore.”
Terus kegiatan dari THC setelah full personel ngapain aja tuh?
“Kemarin terakhir 2023 kami ke Madiun sih, kebetulan di Madiun Satu Arah juga banyak teman-teman dari kota lain dan dari Malaysia, jadi kami juga banyak bincang sama mereka dan sharing, tukar-tukar referensi. Cuma selepas itu belum ada kegiatan lain sih, paling produksi-produksi aja, berkarya terus masukin ke platform digital.” – Mas Rus
“Jadi untuk kegiatan itu kami tetap ada produksi, setelah release single ini kan kami memang masih, bikin-bikin materi baru lagi, rencana mungkin dalam waktu dekat sudah bisa release untuk mini album. Ya targetnya mini album, untuk progresnya mungkin 90%-lah, kurang 10% lagi, tinggal sedikit.” – Mas Gayuh
Nyinggung rilisan yang udah lepas landas via palform digital, sudah bisa di dengerin di mana aja nih?
“Bisa didengerin di Spotify, iTunes, Youtube”
Selama ngeband bareng dan berproses, temen-temen THC punya kendala ga sih?
“Sampai saat ini belum ada, paling ya karena kami punya kesibukan profesi masing-masing, punya jadwal masing-masing. Itu aja sih.”
Tapi temen-temen masih sering datang ke gigs ga?
“Kalo saya masih, saya sih memaklumi kegiatan mereka, beliau-beliau bertiga itu memang susah karena profesi mereka setiap harinya kan gak kaya saya. Kalau saya kan memang ibaratnya nggak terikat banget lah, beda sama mereka. Jadi saya memang memfokuskan diri agar THC jangan sampai terpisah dari komunitas. Lintas generasi masih saling mengenal lah, mereka kenal saya dan saya kenal mereka. Masih sering mampir walaupun 15 menit di tongkongan, walaupun pulang lebih awal, tapi jangan sampai ini lepas dari komunitas, gitu.” – Mas Rus
Tanggapan temen-temen liat perkembangan skena musik di Pekalongan gimana?
“Pekalongan skenanya berkembang, bagus, bagus. Sebenarnya bukan sekadar berkembang aja, sangat berkembang loh kalau menurut saya, keren. Bahkan kemarin kan Righting Wrong (Band dari Pekalongan juga) sempat tour dia ke Singapura, kan? Bagus banget, gak kebayang malahan. Big Respect! Termasuk juga anak-anak kreatif acara, walaupun gigs kecil-kecilan di luar Hardcore dan Punk itu juga mereka bagus-bagus banget malahan. Semua band-band lama maupun baru aktif lagi, menurut saya bagus banget perkembangannya.” – Mas Rus
Penutupnya nih, playlist harian dari masing-masing personel ada apa aja?
“Playlist saya referensinya agak tua-tua, yang santai-santai aja kaya Iwan Fals sama Bob Dylan” – Mas Gayuh
“Aduh, ada banyak, tapi kalo suruh sebutin dua sampai tiga ada Agnostic Front, Fever 333, sama satunya Rage Againts the Machine” – Mas Husain
“Seattle Sound, saya masih dengerin itu sih, hardcore-nya Hatebreed, Agnostic Front, The Exploited sama NOFX” – Mas Ary
“Kalo saya Ramones, Sex Pistol, sama satu lagi ini wajib banget, AKB48!” – Mas Rus
…
Pewarta: Nymphea